Hadits Iftiraqul Ummah dalam pandangan ahlussunnah wal jamaah


Hadits Iftiraqul Ummah dalam pandangan ahlussunnah wal jamaah

Hadits Iftiraqul Ummah dalam pandangan ahlussunnah wal jamaah


Terkait hadits Iftiraqul Ummah banyak dari kawan-kawan remaja muslim yang terjebak dalam memahaminya, terlebih bagi kawan-kawan yang masih minim dalam masalah agama dan hanya belajar ilmu agamanya kepada Google. kesalahpahaman tersebut tak lain dikarenakakan tidak berkiblat dan meniru pendapat dan pandangan ulama terdahulu tentang menyikapi hadits Iftiraqul ummah yang sudah tertuang dalam kitab-kitab kuning ala pesantren, dan lebih mengambil pendapat aktifis salafy yang juga hanya belajar agama dari Google dan semacamnya.

Berkaca terhadap perkataan Ibnu Sirin:

إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم

“Ilmu ini adalah bekal agama, maka lihatlah dari siapa kalian mengambil agama”.

Berikut adalah beberapa hadits iftiraqul ummah yang populer:

أخبرنا أبو سهل بشر بن أحمد بن بشار الإسفراءينى قال أخبرنا عبد الله بن ناجية قال حدثنا وهب بن بقية عن خالد ابن عبد الله عن محمد بن عمرو عن أبي سلمة عن أبي هريرة قال قال رسول الله افترقت اليهود على إحدى وسبعين فرقة وتفرقت النصارى على اثنتين وسبعين فرقة وتفترق أمتى على ثلاث وسبعين فرقة

Diceritakan dari Abu Sahal Basyar bin Ahmad bin Basyar al-Isfiraini, beliau berkata: diceritakan dari Abdullah bin Najiyah, beliau berkata: diceritakan dari Wahab bin Baqiyah dari Khalid bin Abdullah dari Muhammad bin Amar Dari Abu Salamah dari Abu Hurairah, beliau berkata: Rasulullah berkata: “Yahudi terpecah menjadi menjadi 71 golongan, dan Nashrani terpecah menjadi 72 golongan, dan ummatku akan terpecah 73”.

أخبرنا أبو محمد عبد الله بن محمد بن على بن زياد السميذى العدل الثقة قال أخبرنا أحمد بن الحسن بن عبد الجبار قال حدثنا الهيثم بن خارجة قال حدثنا إسماعيل بن عباس عن عبد الرحمن بن زياد بن أنعم عن عبد الله بن يزيد عن عبد الله بن عمرو قال قال رسول الله ليأتين على أمتى ما أتى على بنى إسرائيل تفرق بنو اسرائيل على اثنتين وسبعين ملة وستفترق امتى على ثلاث وسبعين ملة تزيد عليهم ملة 
كلهم في النار الا ملة واحدة قالوا يا رسول الله من الملة الواحدة التي تتغلب قال ما أنا عليه وأصحابي

Diceritakan dari Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Ziyad as-Samidzi beliau terkenal adil dan tsiqqah, beliau berkata diceritakan dari Ahmad bin al-Hasan bin Abdul Jabbar, beliau berkata diceritakan dari al-Haitsam bin Kharijah, beliau berkata diceritakan dari Ismail bin Abbas dari Abdur Rahman bin Ziyad bin An’im dari Abdullah bin yazid dari Abdullah bin Amar, beliau berkata, Rasulullah berkata: “akan datang kepada ummatku apa yang telah terjadi kepada Bani Israil, bani Israil terpecah menjadi 72 agama, dan ummatku akan terpecah menjadi 73 agama, dan akan bertambah, semuanya di Neraka kecuali satu. Shahabat bertanya: Wahai Rasulullah siapa yang satu tersebut yang akan selamat? Nabi menjawab: “yang mana aku dan shahabatku ada di dalamnya”.


Dari jalur sahabat Anas juga ada hadits yang menjelaskan siapakah yang akan selamat:

كلها في النار إلا واحدة وهى الجماعة

Semuanya di Neraka kecuali satu yaitu al-Jamaah.

Juga diriwayatkan bahwa Rasulullah mencela Qadariyah dan menyebut mereka sebagai Majusinya ummat ini, juga diriwayatkan bahwa nabi mencela Murjiah dan Qadariyah. Selain itu, diriwayatkan juga dari beberapa shahabat bahawasanya mereka juga mencela Qadariyah, Murjiah, dan Khawarij al-Mariqah, bahkan mereka sudah disebut sayyidina Ali dalam khutbahnya yang dikenal dengan khutbah az-Zahra’.

Dan orang-orang yang mempunyai akal dari ashabul maqaalat islamiyin sudah mengetahui bahwa yang dimaksud nabi dengan firqah-firqah yang tercela dalam hadits-hadits tersebut bukanlah firqahnya ulama yang berselisih dalam furu’ fiqih beserta sepakatnya mereka terhadap ushuluddin, karena pandangan ummat islam dalam perselisihan furu’ halal dan haram ada dua pendapat:

1.       Pendapat yang mengatakan benarnya hasil Ijtihad para mujtahid dalam furu’ fiqih, dan setiap perselisihan dalam masalah fiqih menurut mereka dapat dibenarkan.

2.       Pendapat yang mengatakan membenarkan salah satu dari mukhtalifin dan menyalahkan yang lain tanpa menyesatkan terhadap pendapat yang salah.

Nabi menyebut farqu al-madzmumah itu hanya ditujukan kepada orang-orang jahat yang tersesat dan menyalahi terhadap firqah an-Najiyah dalam masalah ‘adl dan tauhid, atau al-wa’d dan al-Wa’id, atau dalam masalah  Qadar dan Masyi’ah, taqdir baik dan buruk, safat-sifat Allah, dan masalah-masalah usul agama yaitu dalam masalah Aqidah yang mendasar bagi setiap muslim.

Jadi, ulama-ulama dari generasi sahabat, tabiin, dan ulama khalaf tidak berlebihan dalam menyikapi masalah furu’. Disamping perselisihan dalam masalah furu’ adalah keniscayaan karena memang terbatasnya nash al-Qur’an dan hadits, nabi juga tidak melarang dan mencela sahabatnya ketika ada perselisihan di antara mereka.  seperti perbedaan pendapat saat Rasulullah memerintahkan sahabat pergi ke bani Quraidhoh, beliau mengatakan:

لَا يُصَلِّيَنَّ أَحَدٌ الْعَصْرَ إِلَّا فِي بَنِي قُرَيْظَةَ

"Jangan sekali-kali salah seorang dari kalian shalat ‘Ashar kecuali di perkampungan Bani Quraizhah." 

Lalu tibalah waktu shalat ketika mereka masih di jalan, sebagian dari mereka berkata, ‘Kami tidak akan shalat kecuali telah sampai tujuan’, dan sebagian lain berkata, ‘Bahkan kami akan melaksanakan shalat, sebab beliau tidaklah bermaksud demikian’. Maka kejadian tersebut diceritakan kepada Nabi saw, dan beliau tidak mencela seorang pun dari mereka." (HR. Bukhari)

Dari hadits iftiraqul ummah di atas dijelsakan bhwa annajiah adalah ما أنا عليه وأصحابي, dan الجماعة. Siapakah dua golongan tersebut? Ketika dirujuk kepada kitab-kitab sejarah akan ditemukan bahwa golongan terbesar (jamaah) ummat islam yang mengikuti dan tetap dalam melestarikan sunnah adalah ahlussunnah wal jamaah yaitu madzahibul arba’ah dalam masalah fiqih dan asya’irah dan maturidziyah dalam hal aqidah, bisa dilihat dalam kitab ithafu sadat al-muttaqin:

إذا أطلق أهل السنة والجماعة فالمراد بهم الأشاعرة والماتريدية

Ketika dikatakan Ahlussunnah wal jamaah maka yang dimaksud adalah Asya’irah dan maturidiyah.

maka dari itu janganlah berpaling dari golongan terbesar ummat ini, yang sudah dilestarikan oleh ulama sejak 1300 tahun silam dan masuk dalam sawadul A'dzam karena ummat ini tak akan sepakat dalam kesesatan. dan berpalinglah dari ajaran-ajaran baru yang tidak mempunyai sanad keilmuan yang tersambung kepada ulama-ulama salaf, sahabat, dan Rasulullah SAW. karena mereka hanya mengaku mengikuti manhaj salaf tanpa mengetahui apa manhaj salaf yang sebenarnya.

Previous
Next Post »